Pada awal-awal permainan, Pandawa dan Kurawa saling berganti
kemenangan. Suasana terlihat akrab dan diselingi canda tawa. Tiba-tiba
Duryudana berkata,” Adinda Pandawa, tak serulah permainan kita dengan
taruhan yang kecil. Beranikah adinda bertaruh dengan taruhan yang lebih
besar?” Pandawa tertegun. “Apa maksud Kakanda Duryudana?” tanya
Yudhistira. “Bagaimana bila kita mempertaruhkan negeri kita, jika kali
ini adinda menang maka aku serahkan Astina kepada adinda namun jika aku
yang menang maka aku berhak memiliki Negeri Amarta. Pandawa kaget bukan
kepalang, mereka mulai tersadar jika sudah masuk perangkap Kurawa. Namun
mereka tak mampu menolak. Ajakan bermain dadu adalah sebuah kehormatan.
Seorang ksatria tak boleh melawan kehormatannya. Sekarang mereka hanya
bisa pasrah menghadapi keadaan. “Bolehlah, kakanda, tapi apa maksud
Kakanda Duryudana sebenarnya?” tanya Yudhistira. “Aku hanya berniat
membuat permainan kita makin seru saja adinda,” jawab Duryudana dengan
ramah namun menyimpan kelicikan.
Dilanjutkanlah permainan dadu mereka dengan mempertaruhkan negeri
Astina dan Amarta. Dan benar, setelah dadu dikocok dan dijatuhkan angka
yang muncul memihak Kurawa. Wajah para Pandawa pucat bukan kepalang. Di
sisi lain para Kurawa tertawa tergelak dan mulai menampakkan watak
angkara murka mereka. Disertai senyum licik Patih Sangkuni. “Jadi,
Negeri Amarta menjadi milikku sekarang,” kata Duryudana sambil tertawa.
“Apakah adinda sanggup untuk melanjutkan permainan?” tanya Duryudana.
“Tapi aku sudah tak memiliki harta apapun kakanda,” jawab Yudhistira
terbata-bata. “Bukankah adinda, masih memiliki Sadewa? Ia bisa dijadikan
taruhan.” tanya Duryudana licik. Makin kagetlah Pandawa. Tak mungkin
persaudaraan mereka dipertaruhkan. Namun kehormatan adalah di atas
segala-galanya. Tiba-tiba Sadewa berkata,” Hamba rela dipertaruhkan demi
kehormatan.” Yudhistira tertegun. “Benarkah adinda berkata demikian?”
tanya Yudhistira tak percaya. “Benar kakanda. Semoga setelah ini kita
bisa menang dan berkumpul kembali,” jawab Sadewa tegar. Maka
dipertaruhkanlah Sadewa. Sudah dapat dipastikan Kurawa kembali menang
dan Sadewa jatuh menjadi budak Kurawa. Permainan dadu terus berlanjut
dengan kemenangan Kurawa. Satu persatu anggota Pandawa jatuh ke tangan
Kurawa. Di antara para Pandawa, Bimalah yang paling geram terhadap
Kurawa. Namun ia tetap setia kepada keksatriannya, kehormatannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar