Minggu, 17 Agustus 2014

Sadewa Arjuna Bima Jadi Budak Duryudana Setelah Kalah main Dadu

Pada awal-awal permainan, Pandawa dan Kurawa saling berganti kemenangan. Suasana terlihat akrab dan diselingi canda tawa. Tiba-tiba Duryudana berkata,” Adinda Pandawa, tak serulah permainan kita dengan taruhan yang kecil. Beranikah adinda bertaruh dengan taruhan yang lebih besar?” Pandawa tertegun. “Apa maksud Kakanda Duryudana?” tanya Yudhistira. “Bagaimana bila kita mempertaruhkan negeri kita, jika kali ini adinda menang maka aku serahkan Astina kepada adinda namun jika aku yang menang maka aku berhak memiliki Negeri Amarta. Pandawa kaget bukan kepalang, mereka mulai tersadar jika sudah masuk perangkap Kurawa. Namun mereka tak mampu menolak. Ajakan bermain dadu adalah sebuah kehormatan. Seorang ksatria tak boleh melawan kehormatannya. Sekarang mereka hanya bisa pasrah menghadapi keadaan. “Bolehlah, kakanda, tapi apa maksud Kakanda Duryudana sebenarnya?” tanya Yudhistira. “Aku hanya berniat membuat permainan kita makin seru saja adinda,” jawab Duryudana dengan ramah namun menyimpan kelicikan.
Dilanjutkanlah permainan dadu mereka dengan mempertaruhkan negeri Astina dan Amarta. Dan benar, setelah dadu dikocok dan dijatuhkan angka yang muncul memihak Kurawa. Wajah para Pandawa pucat bukan kepalang. Di sisi lain para Kurawa tertawa tergelak dan mulai menampakkan watak angkara murka mereka. Disertai senyum licik Patih Sangkuni. “Jadi, Negeri Amarta menjadi milikku sekarang,” kata Duryudana sambil tertawa.
“Apakah adinda sanggup untuk melanjutkan permainan?” tanya Duryudana. “Tapi aku sudah tak memiliki harta apapun kakanda,” jawab Yudhistira terbata-bata. “Bukankah adinda, masih memiliki Sadewa? Ia bisa dijadikan taruhan.” tanya Duryudana licik. Makin kagetlah Pandawa. Tak mungkin persaudaraan mereka dipertaruhkan. Namun kehormatan adalah di atas segala-galanya. Tiba-tiba Sadewa berkata,” Hamba rela dipertaruhkan demi kehormatan.” Yudhistira tertegun. “Benarkah adinda berkata demikian?” tanya Yudhistira tak percaya. “Benar kakanda. Semoga setelah ini kita bisa menang dan berkumpul kembali,” jawab Sadewa tegar. Maka dipertaruhkanlah Sadewa. Sudah dapat dipastikan Kurawa kembali menang dan Sadewa jatuh menjadi budak Kurawa. Permainan dadu terus berlanjut dengan kemenangan Kurawa. Satu persatu anggota Pandawa jatuh ke tangan Kurawa. Di antara para Pandawa, Bimalah yang paling geram terhadap Kurawa. Namun ia tetap setia kepada keksatriannya, kehormatannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar